Delapan Puluh Tahun dan Sebuah Cermin

Perayaan kemerdekaan adalah ruang simbolis yang bisa kita isi ulang maknanya. Ia bisa menjadi momen untuk menegaskan bahwa kita bukan sekadar pewaris kemerdekaan, tetapi penjaga keberlanjutannya. Dan penjaga yang baik tahu, tidak berhenti pada menjaga api tetap menyala, tapi memastikan apinya tidak membakar rumah itu sendiri.
Di akhir catatan ini, saya teringat pada kata-kata Nelson Mandela: _"Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut — melainkan menginspirasi orang lain untuk melampauinya."_ Mungkin itulah tugas kita di HUT RI ke-80: menginspirasi satu sama lain untuk bergerak melampaui rasa takut, rasa malas, dan rasa puas diri.
Delapan puluh tahun adalah perjalanan yang panjang, tapi bukan akhir. Cermin itu kini di tangan kita. Pertanyaannya, beranikah kita memikirkannya, dan mengubah apa yang perlu diubah, sebelum ulang tahun berikutnya tiba?.
Journalist: Anton Hilman
Editor: Shofwan Karim
Related news
- Rekomendasi Paslon, Duduk dan Terduduk
- Makmur Hendrik : Sekilas Angkatan 66 Bukittinggi dan Ir. Januar Muin
- Politik Besar Hidung dan Patah Arang: Tawaran Rasional
- Radikalisme, Salafi, Transnasional dan Platform Parpol Islam Bingkai Ukhuwah
- In Memoriam Mafri Amir: Wartawan, Akademisi, Ormas dan Kantor Wapres
Rekomendasi Paslon, Duduk dan Terduduk
Opini - March 30, 2025
Politik Besar Hidung dan Patah Arang: Tawaran Rasional
Opini - March 25, 2025