Kilas Balik Islam Berkemajuan, Poros Minang-Jawa

Shofwan Karim
PERTANYAAN yang sering muncul di kalangan publik umum adalah, apakah dengan diksiIslamberkemajuanada pula Islam berkemunduran? Pemikiran ini bagai tesia dan antitesa serta bagaimana sintesanya.
Muhammad Darwis atau lebih dikenal KH Ahmad Dahlan (1888-1923) pada awal mendirikan Muhammadiyah (1912) sudah memulai diksi pendek, Islam berkemajuan. Sebenarnya, diMinangkabauwacana Islam berkemajuan secara intrinsik (makna hakiki dari dalam) sudah mendahuluinya.
Istilahkaummuda yang ada di Minangkabau menjadi mantra bagi kaum paham "modern" kala itu untuk merespons isu dan perkembangan masyarakat. Oleh kaum tua kurang diperhatikan di awal abad lalu. Kira-kira kaum muda ini pemikiran mereka mirip dengan apa yang menjadi wacana dan ikhtiar Dahlan yang dimaksudnya berkemajuan.
Tokoh kaum muda merupakan hulu dinamika berkemajuan di Minang. Promotornya empat serangkai ulama. Mereka adalah Abdul Karim Amrullah (1879-1945) atau Inyiak Rasul-Inyiak DeEr. Abdullah Ahmad (1878-1933) keduanya tahun 1925 beroleh Doktor Kehormatan (Dr.HC) dari Universitas Al-Azhar, Mesir (bukankah ini berkemajuan?).
Syekh Djamil Jambek (1860-1947). Serta Ibrahim Musa Inyiak Parabek (1884-1963). Dengan begitu agaknya bisa disebut bahwa diksi Islam berkemajuan itu bagai air hujan yang datang dari langit nusantara menggenang di dua danau. Danau itu mengalirkan duaporossungai kemajuan: Minang danJawa.
Bila ditilik dari pemahaman pemikiran dan logika masa awal tadi maka perdefinisi Islam berkemajuan lebih kepada makna memahami dan mengamalkan akidah tauhid murni. Ibadah yang murni tak bercampur dengan khurafat, takhayul dan bid'ah, bersih dari budaya nenek moyang serta kultur lokal.
Mereka agaknya berkelindan dengan kaum apa yang dinamakan di Arabia sebagai kaum al-muwahidun. Penganut tauhid mutlak. Secara teoritis, inilah yang sering disebut sebagai purifikasi atau pemurnian agama.
Sejalan dengan itu, tidak cukup dengan permurnian, Islam harus membumi untuk ikhtiar kehidupan yang baik di dunia. Doa "sapu jagat" memohon kebaikan di dunia dan akhirat harus diiringi dengan paralelisme kedua konten pokok tadi.
Maka untuk tujuan dunia, itulah makna kemajuan dan pembaruan atau modernisme. Bersamaan dengan itu untuk kebaikan akhirat inilah pada masa itu yang disebut pemurnian tadi.
Journalist: Anton Hilman
Editor: Shofwan Karim
Source: Padang Ekspres
Related news
HBN, Silsilah dan Anekdot Herder
Kolom Shofwan Karim - December 4, 2025
Koalisi Partai, Nasionalis-Religius
Kolom Shofwan Karim - November 2, 2025
Kota Layak dan Ramah Lansia, Merdeka
Kolom Shofwan Karim - August 22, 2025






















