80 Tahun RI, Kilas Balik Rangkayo Hj. Nur Ainas Abizar Tokoh Bundo Kanduang Minangkabau

Kembali ke Bundo. Dalam pelatihan dan pengembangan generasi muda, Bundo Nur Ainas atas nama Bundo Kandung, banyak berinteraksi. Beliau tidak sendirian. Ada yang lain. Saya tidak ingat semuanya. Ada Uni (Saya sebut begitu) Rosnelly Boer. Kalau tak salah, Uni Rosnelly selalu menjadi sekretaris dan Bundo Nur Ainas selalu menjadi Ketua I, II atau III, Baru pada Mubes LKAAM Tahun 1999 terplih menajdi Ketua Umum dan lanjut 2005-2010.

Ketua Umum Bundo Kandung sekarang Prof Dr Hj Raudha Thaib menjadi pelanjut Ketua Umum Bundo Kanduang adalah hasil Mubes LKAAM 2010. Pada tahun 1980-an Uni Upik, begitu saya menyebut lebih banyak memusatkan perhatian pada dunia kesusastraan dan budaya. Sebagai wanita penyair terkenal nasional dan Asean, kala itu upik Uni punya nama pena, Upita Agustine. Pada hal nama lengkap Bundo Raudha yang lengkap sekarang adalah Prof.Dr.Ir. Hj. Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib, MP Pewaris Kerajaan Pagaruyung.

Anggota DPRD Sumbar

Bundo Nur Ainas adalah seorang guru. Meski menikah dengan tokoh ke-PU-an Sumbar yang dizamannya pasti kenal Ir. H. Abizar Tan Sati, tokoh kita ini tak pernah lepas dari urusan kemasyarakatan. Bahkan di masa Lansia, beliau masih mengurus pengajian para pensiunan yang berusia di atas 70-an. Pengajian Annisa'. (Yuzrizal KW dan Gusriyono, 2020).

Kilas balik lain, tentang Bundo Nur Ainas adalah ketika kami sama-sama Anggota DPRD Provinsi Sumbar. Bundo di minta oleh Golkar atas usulan Ketua Dewan Pembina, Drs. H.Hasan Basri Durin, Gubernur Sumbar 1987-1997 dicalonkan pada Pemilu 1997. Saya yang melanjutkan keterpilihan 5 tahun sebelumnya, pada 1997-1999 bersam-sama dengan Bundo Nur Ainas di Lembaga legislatif perovinsi ini.

Bersama 30 orang lainnya kami duduk di kursi Fraksi Golkar. Kami sama-sama berada di Komisi V Agama, Sosial Budaya, Wanita dan Generasi Muda. Bundo adalah teladan dalam kedispilinan serta penampilan yang rapih serta berbicara dalam konten yang padat, berisi, ideal, konsep dan kontekstual.

Mungkin karena pengalaman sebagai guru, aktivis, tokoh Masyarakat, apa lagi tokoh wanita Bundo Kanduang mumpuni. Saya banyak belajar dengan beliau. Cara membimbing kami yang muda, misalnya. Sering memberi kesempatan kepada saya menjadi nara banyak di kalangan Bundo Kanduang dan wanita serta generasi muda yang terlibat dengan berbagai sarasehan pemahaman agama, adat dan budaya.

Saya harus banyak membaca buku tentang adat dan budaya Minangkabau. Bertanya kepada Engku Idrus Hakimy Dt Rajo Pangulu. Dengan Engku Datuak Lubuak Sati. Begitu pula kepada Engku Kamardi Rais Dt. P.Simulie. Yang disebut belakangan selama dua periode di DPRD beliau adalah ketua Komisi E/V dan saya menjadi sekretaris di Komisi itu dengan anggota termasuk Bundo Nur Ainas.

Lalu di Fraksi Golkar saya menjadi Wakil Sekretaris kemudian Sekretaris. Dan itu sejalan dengan jabatan di Golkar. Saya sebagai Wakil Sekretaris, ketika Ketuanya adalah Prof. Drs. H. Djamil Bakar yang juga Ketua DPRD. Belakangan saya Sekretaris menjadi Ketika Ketua Golkar sekaligus Ketua DPRD Brigjen Nur Bahri Pamuncak.

Belakangan, sambil mengurus para lansia, Bundo dan Dt. Tan Sati ikut senam sehat di GOR Agus Salim. Saya yang pernah disarankan oleh Prof. Dr. H. Asnil Sahim, Ketua Yayasan Jantung dari 1994 sampai 2013 ikut pula senam, sebelum main bola kaki di situ. Kami hampir setiap pekan bertemu, Rabu dan Sabtu. Kenangan semua tadi mengingatkan kilas balik semua itu terhadap Bundo pada 80 tahun hari Proklamasi ini.*

Journalist: Shofwan Karim
Editor: Shofwan Karim