Lijiang dan World Heritage Old Town

Kami memiliki waktu 4 jam berkeliling di Lijiang. Saya memilih mengunjungi kota tua bergerbang mirip rumah adat Minang. Melewati gerbang itu ada sebuah monumen bundar berwarna merah yang terpajang diatas marmar berwarna putih bertulis, World Memorial Patrimoine Mondial.

Read also: Mengunjungi Suku Mosuo di Lijiang, Yunnan, China
Tak jauh dari sana ada dua kincir air besar menandakan bahwa mereka memelihara nilai tradisinya. Air yang mengaliri roda kincir itu sangat bersih dan jernih, berhias aneka bunga dimana mana. Semuanya terawat dengan sempurna. Hand phone saya lebih banyak mengabadikan hamparan bunga itu. Bunga tak hanya di taman. Tapi semua sudut dan ruang berhias bunga segar. Gilanya sepanjang jalan yang kami lewati semua di tanam bunga dan pohon cantik yang tak terlalu tinggi.
Semua ini mengukuhkan provinsi ini sebagai lelang bunga terbesar di seluruh negara China dengan omset penjualannya 4,1 triliun per bulan. Benar benar luar biasa. Saat kami asyik berfoto ria, beberapa pasang penganten pakaian muda dengan beragam mode melintas di samping kami.
Sepasang penganten, diantaranya kami minta untuk berfoto. Kebetulan mereka pasangan muslim yang gagah dan cantik. Namaya Abdul Rasul dan Samsinur. Tak kusangka, ada orang China asli yang memili nama yang banyak juga di pakai di Indonesia.
Read also: PERJALANAN PANJANG DARI KUNMING KE LIJIANG DAN MOSUO
Selesai menikmati indahnya kota Lijiang, kami berangkat menuju prefektur Shadian yang warganya mayoritas beragama Islam.
Journalist: Anton Hilman
Editor: Shofwan Karim