Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam V: Dakwah Masa Kini dan Depan

Episode-2
Kemarin, pada perkenalan awal di Bilik Biro Dakwah saya mengajukan dua hal. Kehidupan beragama khususnya dakwah di DMDI untuk tahun depan paling tidak membicarakan kompilasi masalah dan pemikiran. Kedua, program aksi yang harus secara efektif bisa dilaksanakan pada 2005.
Rupanya, dengan uraian singkat apa yang saya maksud dengan kedua hal itu, berkenan di hati peserta pada Biro ini. Mereka sebanyak 60 orang datang dari berbagai negara dan provinsi serta negara bagian utusan DMDI yang peduli penuh terahadap Dakwah Islam.
Read also: Konvensi DMDI V, Pendidikan dan Iptek Pangkal Kemajuan
Saya memilih biro ini tentu berkaitan dengan status saya sebagai Dosen IAIN-UIN IB dan Ketua PW Muhammadiyah Sumbar (2000-2005; 2015-2022-Editor). Teman-teman memilih 9 biro lain pada bilik lain. Mereka adalah Prof. Dr. Nurzaman Bachtiar Guru Besar Unand-Ka Balitbang Prov Sumbar, Prof. Dr. Musliar Kasim, Prof. Dr. M. Ansyar, Prof. Dr. Metika Zed. Mereka adalah para Guru Besar penggerak DMDI Anggota Balitbang Sumbar. Mereka memilih bengkel biro masing-masing. Dan Syafruddin dengan Yul Akhari Sastra dan tim KNPI setta Sastra Yunizarty Bakri Sumbar Talenta pada bilik biro terkait mereka pula.
Dengan suara aklamasi saya terpilih menjadi salah satu di antara 3 orang pimpinan Biro Dakwah dalam lokakarya. Ketiga kami memandu bengkel kerja biro sampai selesai sore harinya. Dua lainnya adalah Datok Bahrum dari Negeri Selangor, Kepala Urusan Agama dan Hj. Abdul Halim Tawail, sekretaris Majelis Agama Negeri Melaka.
Pertama-tama yang menjadi pembicaraan hangat tentu saja apa yang disebut di sini cabaran atau tantangan dunia dakwah hari ini dan masa depan. Sebenarnya tidak ada yang baru. Apa yang sering kita bicarakan di Sumbar tahun lalu (2003) di Bukitting, kembali dibicarakan dalam Konvensi ini.
Misalnya, perlunya metode dakwah yang up to date. Sketsa Generasi Muda yang kurang bersemangat secara intensif mempelajari, menghayati dan mengamalkan praktik agama. Apalagi, seperti yang disampaikan oleh peserta dari Kepulauan Riau, masjid-masjid lengang. Walaupun ini dibantah oleh Kakanwil Jawa Timur yang hadir mewakili Gubernurnya, mengatakan generasi muda di daerahnya bersemangat mendalami dan mengamalkan agama. Tetapi secara umum agaknya kenyataan itu tak bisa dibantah.
Lalu saya menyinggung soal konsep Islam Hadhari. Suatu tema cita Islam moderen rekonstruk versi Malaysia. Konsep ini dicanangkan oleh Perdana Menteri Malaysia Ahmad Badawi. Dulu, pada masa PM Mahathir, ketika Anwar Ibrahim (kini PM Malaysia, Editor) mendapat angin dan dekat dengan orang nomor satu yang berkuasa hampir 25 tahun di Malaysia itu, ada konsep yang diluncurkannya disebut Masyarakat Madani. Apa bedanya? Tanya saya.
Frasa Islam Hadhari oleh Pak Lah, Abdullah Badawi, seperti yang dikutip pada beberapa mailing list internet (sudah dianggap booming masa itu, belum ada FB, IG, LinkdInd, WA, Line, WeChat, blog, page dan situs-web berbayar dan gratis), menjadi trend-setter narasi tokoh dan Intelektual Muslim. Di dalam tafsir publik dipahami bahwa Islam Hadhari adalah Islam yang bertamaddun, berpradaban, maju, progresif dan mementingkan hari ini serta masa depan.
Journalist: Shofwan Karim
Editor: Anton Hilman
Source: Harian Singgalang
Related news
Konvensi DMDI V, Ekonomi, Pelancongan dan Pelayanan yang Prima
DMDI - August 10, 2025
Konvensi DMDI V, Pendidikan dan Iptek Pangkal Kemajuan
DMDI - August 8, 2025