Sukarno-Hatta, Dwi Tunggal Bertukar Air Mata

Rahmi Hatta menjawab, "Nantilah, saya bicarakan dulu dengan Kak Hatta kapan dia sempat." Kemudian setelah di-bicarakan, Bung Hatta menyampaikan, "Baiklah, kalau memang akan ke Tokyo, singgahlah ke rumah."
Dalam buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya, diceritakan, pertengahan 1963 saraf lengan Bung Hatta terganggu dan segera dilarikan ke rumah sakit Tjipto Mangunkusumo (RSCM). Meski masih sehat, tim dokter neurologi khawatir ada penyumbatan pembuluh darah ke otak dan memeriksa secara lebih saksama.
Mendengar hal itu Bung Karno memutuskan untuk besuk di RSCM, tepatnya di Paviliun 5 Cendrawasih, tempat Bung Hatta dirawat. Beberapa tokoh ikut membesuk, di antaranya Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Selang beberapa hari setelah peristiwa di RSCM, Bung Karno meminta Bung Hatta untuk berobat ke luar negeri atas biaya pemerintah RI. Akhirnya Bung Hatta dirawat di Swedia, atas saran dr. Mahar Mardjono.
Selama dalam perjalanan itu diizinkan membawa pendamping yang disetujui Negara.
Suatu hari di tahun 1968, Guntur putra sulung Bung Karno kebingungan mencari wali nikah karena sang ayah tak dapat menghadirinya. Tanpa ragu Bung Karno menyebutkan nama Bung Hatta sebagai wali nikah putranya.
Guntur kaget dan tak yakin Bung Hatta bersedia. Kemudian Bung Karno menyebutkan, Bung Hatta bisa mencaci-maki dirinya tentang berbagai kebijakan politik, tapi dalam kehidupan pribadi mereka terikat persaudaraan selama perjuangan kemerdekaan.
Dan benarlah. Ketika diminta, Bung Hatta langsung menyatakan kesediaannya menjadi saksi pernikahan Guntur dengan Henny. Bahkan ketika Megawati dan Rahmawati menikah, Bung Hatta selalu hadir.
Bertukar air mata di akhir jumpa
Di penghujung hayatnya Soekarno menjadi tahanan politik rezim Orde Baru. Hatta yang mendengar kondisi sahabatnya tersebut, menulis surat kepada Soeharto dan mengkritik cara merawat Soekarno.
Di rumahnya Hatta duduk di beranda sambil menangis sesenggukan. Dia bicara pada Rahmi untuk bertemu dengan Bung Karno. "Kakak tidak mungkin ke sana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik."
Hatta menoleh pada isterinya dan berkata, "Soekarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan di antara kita itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Soekarno disakiti seperti ini."
Journalist: Anton Hilman
Editor: Shofwan Karim
Source: https://intisari.grid.id/
Related news
- Taiwan Starry Night Marathon, Review oleh Ir. Anwar Fachry, M.Sc. Dosen UNRAM - CWY-PPIK 1982
- Pakar: Bank Syariah Muhammadiyah Bisa Jadi Pelopor Baru Keuangan Syariah Nasional
- Mengunjungi Suku Mosuo di Lijiang, Yunnan, China
- PERJALANAN PANJANG DARI KUNMING KE LIJIANG DAN MOSUO
- Yunnan, Provinsi Asal Laksamana Cheng Ho